Kamis, 18 Juni 2015

Pembelajaran Terpadu Model Networked

A.  Pengertian Model Pembelajaran Terpadu Tipe Networked.
Eureka Pendidikan - Menurut pandangan Robin Fogarty ( 1991 ) networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandalkan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda – beda. Belajar disikapi sebagi proses yang berlangsung secara terus – menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.
Model networked adalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya. Networked model merupakan rancangan kurikulum yang berfilosofi. Jika dilaksanakan dalam pembelajaran akan memberikan bekal kepada siswa untuk mampu memfilter (memilih) seluruh kegiatan belajar melalui kacamata keahlian dan kemampuan membuat hubungan internal dan mampu memandu ke jaringan kerja eksternal dari para ahli di lapangan atau bidang-bidang terkait. Sebagai contoh yaitu seorang arsitek ketika mengadaptasi sebuah program ia bekerja sama dengan ahli teknik pemrograman, dan ahli interior desain. Ia bekerja secara lintas bidang dan bekerjasama dengan keahlian pelajar lain untuk memperoleh keterampilan yang sempurna.
Seorang peserta didik membuat jaringan dengan orang lain baik dalam bidang yang mereka tekuni maupun di luar bidang tersebut dan mereka menghubungkan ide-ide baru ke dalam ide-ide lama secara kontinu atau terus-menerus. Peserta didik menyaring semua yang mereka  pelajari melalui kajian para ahli dan membuat koneksi internal yang mengarah ke jaringan eksternal ahli di bidang terkait. Model ini digambarkan seperti sebuah bangun prisma yaitu merupakan sebuah bangun yang apabila dilihat dapat menciptakan berbagai dimensi dan arah fokus. Pendidikan seorang manusia tidak pernah selesai sampai ia mati. (Robert E. Lee).
Model networked dalam model pembelajaran terpadu merupakan sumber masukan eksternal yang berkelanjutan, model ini seterusnya akan memberikan ide-ide baru, dan ide-ide ekstrapolasi atau ide yang halus. Jaringan profesional peserta didik biasanya tumbuh di arah yang jelas dan kadang-kadang tidak begitu jelas. Dalam pencarian pengetahuannya, peserta didik bergantung pada jaringan ini sebagai sumber informasi utama dan mereka harus menyaring melalui sudut pandang mereka sendiri sesuai dengan keahlian dan minat yang mereka miliki.

Model networked, tidak seperti di model sebelumnya, pelajar mengarahkan proses integrasi melalui ruang pemilihan jaringan yang mereka butuhkan. Hanya pembelajar sendiri yang mengetahui seluk-beluk dan dimensi bidang mereka, peserta didik dapat menargetkan sumber daya yang diperlukan. Model ini, seperti model yang lain, berkembang dan tumbuh sebagai kebutuhan tambahan yang dapat mendorong peserta didik ke arah yang baru. Contoh: arsitek, jika mereka mengadaptasi teknologi CAD / CAM untuk desain, jaringan dengan teknik pemrograman dan memperluas pengetahuan dasar yang mereka miliki, seperti yang dia lakukan secara tradisional dengan para desainer interior.
B.  Karakteristik Model Pembelajaran Terpadu Tipe Networked.
Model networked ini terdengar seperti tiga atau empat arah konferensi yang memberikan berbagai jalan eksplorasi dan penjelasan. Meskipun ide-ide yang beragam mungkin tidak datang sekaligus, pelajar pada model jaringan ini terbuka untuk menerima beberapa input sebagai komponen yang berbeda yang disaring dan diurutkan sesuai kebutuhan seorang pelajar. Model ini terdengar seperti jaringan berita yang menarik yang tersaji dalam gambar dan cerita yang berasal dari seluruh penjuru dunia. Model networked ini mirip dengan sinyal satelit yang bertebaran dan menerima sinyal dari berbagai arah.
Model ini, seperti model yang tersamar, model jaringan sering memindahkan tanggung jawab integrasinya lebih berat kepada pelajar daripada seorang desainer pembelajarannya. Namun, itu adalah model yang sesuai untuk menyajikan motivasi kepada peserta didik. Tutor atau mentor sering menyarankan model jaringan untuk memperluas cakrawala para pelajar atau memberikan perspektif yang diperlukan. Sebagai jaringan berkembang, koneksi atau suatu hubungan terkadang muncul secara kebetulan di sepanjang proses pembelajaran. Seringkali, tanpa sengaja hal ini mendorong peserta didik menemukan kedalaman pengetahuan baru disuatu bidang atau sebenarnya mengarah kepenciptaan bidang yang lebih khusus. Salah satu contoh seperti di era modern sekarang, dalam bidang genetika yang telah mengembangkan sebuah penemuan baru yang dikenal sebagai rekayasa genetik. Ini berlangsung dari lapangan yang merupakan hasil dari pengembangan model jaringan seorang pelajar yang berbakat dengan pelajar lainnya yang mendalami keahliannya tersebut.
C.  Langkah-Langkah Model Pembelajaran Terpadu Tipe Networked.
Langkah-langkah pengembangan model jaringan adalah sebagai berikut.
1.      Analisis perkembangan anak.
2.       Tentukan konten kurikulum berdasarkan perkembangan anak dengan membuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan hasil belajar.
3.      Buat rancangan kegiatan mingguan (RKM).
4.      Tentukan tema dan subtemanya, kaitkan dengan aspek-aspek perkembangan anak.
5.      Kemudian tentukan indikator yang akan dikembangkan disetiap aspek kemampuan.
6.      Desain model networked, lalu masukkan minat-minat anak sesuai dengan aspek perkembangan anak.
7.      Hasil dari rancangan model jaringan (networked) dimasukkan dalam Rancangan Kegiatan Harian dengan berpijak pada tema dan subtema.
8.      Tentukan media, fasilitas, strategi, pendekatan maupun metode langkah- langkah kegiatan dalam pelaksanaan (pembukaan, kegiatan inti, dan penutup).
9.      Langkah evaluasi terhadap kegiatan tersebut dengan menggunakan RKH yang telah dibuat
D.  Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Tipe Networked.
Model networked dipandang secara terbatas dimulai sejak sekolah dasar. Bayangkan seorang anak kelas lima yang telah memiliki minat pada bahasa Inggris sejak hari itu ia  mencari tau tentang hal-hal yang berbau negara Inggris. Ia tidak hanya tertarik pada bahasanya saja tetapi juga dengan segala hal yang menyangkut tentang negara tersebut, mulai dari musik hingga kebudayaannya. Semangat untuk pengetahuan tentang Inggris membawa dia membaca buku-buku sejarah dan non fiksi dengan baik.
Keluarganya, sadar ketertarikan anaknya dengan Inggris, kemudian mereka mendukung dan memberikan pengetahuan serta fasilitas seperti memberikan kursus bahasa Inggris agar anak tersebut mengetahui lebih banyak lagi pengetahuan.
Jaringan yang dimiliki peserta didik ini sudah mulai terbentuk. Ketertarikan secara alami yang dimilikinya telah menyebabkan dia untuk belajar dari orang lain di bidang yang menawarkan berbagai tingkat pengetahuan dan wawasan yang memperluas jangkauan belajarnya.
Bertahun-tahun kemudian para pemikir di sekolah pascasarjana membicarakan kepada dua ahli model jaringan, seorang ahli psikolog kognitif dan seorang programmer komputer.
Sebagai contoh ketika seseorang menganggap dirinya sebagai pustakawan yang memiliki ketrampilan ilmu perpustakaan. Tapi sebagai seorang kandidat doktor di bidang kecerdasan buatan, dia perlu membuat jaringan dengan orang lain di bidang yang sangat teknis. Ia mencari sebuah program untuk membantu mensimulasikan pencarian kognitif untuk informasi.
Penerapan model networked pada siswa SMA yang memiliki tujuan untuk dapat memperlihatkan jalannya sinar pada lensa serta menyelesaikan persoalannya menggunakan program power point dan flash.
Pelajar tersebut harus mendalami serta menguasai materi yang ia senangi misalnya fisika mengenai lensa tapi juga harus mencari tambahan informasi lain yang mendukung tercapainya tujuan tersebut dari para ahli computer dan matematika, seperti gambar berikut:
E.  Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Terpadu Tipe Networked.
§  Kelebihan dari model jaringan ini sangat beragam. Pendekatan pembelajaran terintegrasi ini sangat pro-aktif dan alami, dengan model ini peserta didik memulai pencarian dan mengikuti jalan yang baru dia temukan dengan kemampuanya sendiri. Peserta didik dirangsang dengan informasi yang relevan, keterampilan, atau konsep yang diberikan di sepanjang proses pembelajaran. Nilai tambahan dari model jaringan ini bagaimanapun tidak bisa dipaksakan pada peserta didik melainkan harus muncul dari dalam diri masing-masing peserta didik. Namun, mentor memberikan dan memberikan layanan yang diperlukan untuk mendukung tingkat pembelajaran yang lebih tinggi. Pada model networked ini peserta didik terstimulasi oleh informasi, ketrampilan atau konsep-konsep baru.
§  Kelemahan model jaringan, jika diambil untuk perbedaan-perbedaan besar, dapat menyebarkan minat yang terlalu tipis dan tidak terkonsentrasi atau memecah perhatian peserta didik sehingga upaya-upaya pengajaran yang dilakukan menjadi tidak efektif . Selain itu motivasi anak akan berubah sehingga kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.
F.   Tujuan Model Pembelajaran Terpadu Tipe Networked
Model networked dirancang untuk memaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa. Dan untuk memotivasi peserta didik mendalami dan menguasai minatnya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan, dan memperluas cakrawala pelajar berdasarkan perspektif yang diperlukan Model Pembelajaran Terpadu Tipe Networked.


Nama Dosen: Dirgantara WIcaksono
Mata Kuliah: Pengembangan Pembelajaran PKn di SD

Pembelajaran Terpadu Model Immersed

A.    Pengertian Model Pembelajaran Terpadu Immersed
Pembelajaran terpadu tipe Immersed (pembenaman) yaitu suatu  pembelajaran yang menggunakan pendekatan antar disiplin ilmu, dimana siswa dapat memadukan semua data dari setiap bidang ilmu dan menghasilkan pemikiran sesuai bidang minatnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Fogarty, 1991).
Model Celupan (Immersed) adalah model pembelajaran yang berpusat untuk memadukan kebutuhan para siswa dimana mereka akan melihat apa yang dipelajarinya dari minat dan pengalaman mereka sendiri. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Fogarty (1991) mengemukakan bahwa ada sepuluh tipe pembelajaran terpadu, pada tipe immersed perpaduan dilakukan oleh siswa, guru hanya menyediakan fasilitasdan mengarahkan proses perpaduan yang dilakukan siswa, tipe immersed hanya sesuai untuk siswa dengan tingkat pemikiran yang sudah tinggi.
Model Immersed adalah model pembelajaran terpadu yang berpusat untuk memadukan kebutuhan para siswa/mahasiswa, dimana mereka akan melihat apa yang dipelajarinya dari minat dan pengalaman mereka sendiri. Keterpaduan secara internal dan intrinsic dicapai oleh siswa/mahasiswa yang belajar dengan sedikit atau tanpa intervensi dari luar atau ekstrinsik. Setiap individu memadukan semua data, ide-ide melalui bidang yang sangat diminatinya.
Model Pembelajaran Immersed adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Model immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
B.     Karakteristik Pembelajaran Terpadu Tipe Immersed
Pembelajaran terpadu tipe Immersed merupakan pembelajaran yang dirancang agar setiap individu dapat memadukan semua data dari beberapa bidang ilmu dan mengahasilkan pemikiran sesuai bidang minatnya. Pembelajaran Immersed ini memerlukan kemampuan berfikir yang tinggi pada anak.
Tipe ini tidak mengaharuskan sebuah perancangan yang rumit, tipe ini dapat berlangsung secara otomatis karena proses perpaduan terjadi secara internal dalam diri pelajar. Akan tetapi sekali tipe ini dipakai, maka tim pengajar harus memfasilitasi proses perpaduan dengan menghitungkan materi pembelajaran yang luas, variasi materi pembelajaran yang dipadukan dengan berbagai keterampilan, konsep, dan sikap kerja yang baik dari pelajar.
Menurut Suprayekti (2003; 69) arti harfiah dari kata immersed adalah pencelupan atau pembenaman. Pada pembelajaran terpadu tipe ini, seluruh mata pelajaran merupakan bagian dari sudut pandang keahlian para siswa secara individu. Para siswa menyaring sendiri seluruh konsep yang dipelajarinya menurut sudut pandang mereka sendiri dan meleburkan atau membenamkan diri mereka dalam pengalaman melalui kegiatan yang dijalaninya.
C.    Prinsip Pembelajaran Terpadu Tipe Immersed
Ada beberapa prinsip yang ada dalam pembelajaran terpadu tipe Immersed yaitu :
a.      Prinsip Penggalian Tema
Ø  Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan beberapa mata pelajaran.
Ø  Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya, harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak,  harus mewadahi sebagian besar minat anak, hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar dan mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi).
b.      Prinsip Pengelolaan KBM
Ø  Prinsip evaluasi, yakni memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi sendiri (self evaluation/ self assessment) disamping bentuk evaluasi lainnya. Guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi pencapaian belajar berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan.
Ø  Prinsip reaksi, yakni dampak pengiring yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam KBM. Karena itu guru dituntut agar mampu merencanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan ke aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna.
Pembelajarn terpadu memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-hal yang ingin dicapai melalui dampak pengiring.
D.    Langkah-langkah Model Pembelajaran terpadu tipe Immersed
Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu tipe immersed mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Prabowo 2006; 4)
1.      Tahap perencanaan, terdiri dari :
Ø  Menentukan jenis mata pelajaran yang dipadukan.
Ø  Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub-keterampilan dari masing-masing keterampilan dalam satu unit pelajaran.
Ø  Menentukan sub-keterampilan yang dipadukan. Secara umum, keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai meliputi keterampilan berpikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan mengorganisasi (organizing skill) yang masing-masing terdiri atas sub-sub keterampilan.
Ø  Merumuskan indikator hasil belajar. Berdasarkan kompetensi dasar dan sub-keterampilan yang telah dipilih, dirumuskan indikator. Setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan yang meliputi: audience, behaviour, condition, dan degree.
Ø  Menentukan langkah-langkah pembelajaran. Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk memadukan setiap sub-keterampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.
2.      Tahap Pelaksanaan.
Tahap ini meliputi skenario langkah-langkah pembelajaran.Menurut Samani (dalam Lutfiana, 2006; 32) tidak ada model pembelajaran tunggal yang cocok untuk suatu topik dalam pembelajaran terpadu. Dalam Depdiknas (1996; 6) prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu meliputi:
1.      Menentukan jenis mata pelajaran yang dipadukan.
2.      Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub-keterampilan dari masing-masing keterampilan dalam satu unit pelajaran.
3.      Menentukan sub-keterampilan yang dipadukan. Secara umum, keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai meliputi keterampilan berpikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan mengorganisasi (organizing skill) yang masing-masing terdiri atas sub-sub keterampilan.
4.      Merumuskan indikator hasil belajar. Berdasarkan kompetensi dasar dan sub-keterampilan yang telah dipilih, dirumuskan indikator. Setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan yang meliputi: audience, behaviour, condition, dan degree.
5.      Menentukan langkah-langkah pembelajaran. Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk memadukan setiap sub-keterampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.
1)      Guru hendaknya jangan menjadi aktor tunggal yang mendominasi pembicaraan dalam proses pembelajaran
2)      Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.
3)      Guru perlu mengakomodasi ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.
3.      Tahap evaluasi.
Tahap ini dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi sebagaimana termuat pada Depdiknas (dalam Lutfiana, 2006; 32) hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.
E.     Kelebihan dan kekurangan pembelajaran terpadu tipe Immersed
Dalam pembelajaran terpadu tipe Immersed tentunya juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Berikut ini beberapa Kelebihan model pembelajaran Immersed:
Ø  Dampak positif dari membenamkan ide–ide dari beberapa bidang studi adalah, siswa dapat memadukan semua data dari setiap bidang ilmu dan menghasilkan pemikiran sesuai dengan minatnya.
Ø  Siswa mengembangkan konsep –konsep kunci secara terus menerus sehingga terjadi proses internalisasi.
Ø  Membenamkan ide–ide beberapa bidang studi memungkinkan siswa mengkaji, menkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide – ide secara terus menerus sehingga memudahkan terjadinya proses transfer ide – ide bidang studi tersebut.
Adapun Kelemahan model pembelajaran Immersed, yaitu:
Ø  Penyaringan semua gagasan melalui cara pandang tunggal yang sempit dapat menimbulkan terlalu prematur atau terlalu tajamnya sebuah fokus.
Ø  Agar dimensi sudut pandang siswa menjadi lebih dalam, diperlukan pengalaman dan pengetahuan yang luas. Keadaan ini tentu cukup sulit dipenuhi oleh siswa pada jenjang pendidikan dasar.
Ø  Model pembelajaran terpadu tipe Immersed, menekankan pada penggabungan pengetahuan pada beberapa bidang studi berbeda untuk membahas suatu masalah khusus. Keadaan ini berpotensi untuk mempersempit cakupan pemikiran siswa terhadap bidang studi tertentu.
F.     Kegunaan Pembelajaran Terpadu Tipe Immersed
Model ini digunakan dengan menyaring dari seluruh isi kurikulum dengan menggunakan suatu cara pandang tertentu. Misalnya, seseorang memadukan semua data dari berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran) kemudian menampilkannya melalui sesuatu yang diminatinya dalam suatu ide.Deskripsi : Murid memadukan apa yang dipelajari dengan cara memandang seluruh pengajaran melalui perspektif bidang yang disukai ( area of interest ).
Model Immersed digunakan tanpa ada perencanaan terlebih dahulu. Artinya model ini digunakan ketika dalam pembelajaran yang sedang berlangsung membutuhkan model pembelajaran yang memadukan kebutuhan para siswa berdasarkan pengalaman yang dimiliki sendiri.

G.    Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Tipe Immersed
Model immersed adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia, Komputer, juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada kesatuannya.
Model ini dapat pula diterapkan pada siswa SD, SMP, maupun SMA dalam bentuk proyek di akhir semester.Model ini melatih kreatifitas berfikir siswa secara bertahap dari jenjang SD hingga SMA.
Penerapan lainnya bagi kelas 5 SD misalnya pada materi pencemaran udara dapat dijelaskan pada materi pelajaran IPA, PKN, Bahasa Indonesia, dan Seni Rupa. Materi tersebut membahas tentang:
IPA                       : Pernafasan pada manusia
PKN                      : Peraturan Pemerintah
Bahasa Indonesi    : Menceritakan hasil pengamatan
Seni Rupa              : Membuat poster sederhana
Pada siswa tingkat menengah, misalkan siswa SMA yang tertarik dengan optik ia ingin mendalami mengenai lensa, sehingga  ia harus memperdalam materi lain seperti:
Matematika           : kalkulus, skala
Fisika                     : optik, lensa, persamaan lensa
Komputer              : program/software (flash, ppt)
Bahasa                   : menulis, menyampaikan hasil
Pada siswa tingkat menengah, misalkan siswa SMK yang mengambil kejuruan teknik gambar bangunan untuk memenuhi keingintahuannya, ia harus memperdalam materi lain seperti:
Matematika           : bagan/ grafik data, skala
Fisika                     : kesetimbangan,
Komputer              : software design bangun,
Seni                       : gambar manual, 
Pada mahasiswa geologi, selain mempelajari materi tentang geologi, mereka juga memerlukan pengetahuan lain diluar bidangnya seperti:
Matematika           : tekhnologi komputer, bagan / grafik data, aliran data dan interpretasi
IPA                       : mineral, gunung berapi, masalah lingkungan dan gempa bumi
Bahasa                   : membuat pidato, membaca, menulis
IPS                                    : hak asasi manusia, sungai dan implikasi hukum
Diagram yang menggambarkan pembelajaran terpadu tipe immersed sebagaimana dijelaskan dalam Fogarti (1991; 90).
Pemetaan Pembelajaran Terpadu Tipe Immersed
Mata Pelajaran
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Hasil Belajar
IPS
Mengenal sumber daya alam, kegiatan, ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya       
Mengidentifikasi kegiatan ekonomi dan sumber daya alam di Indonesia
IPA

Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat
Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan
Mengidentifikasi keadan sumberdaya alam di Indinesia

Bahasa Indonesia

Mengungkapkan pikiran perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak
Menulis pengumuman dengan bahasa yang baik dan benar serta memperhatikan penggunaan ejaan
Menuliskan pengumuman dengan bahasa yang baik dan benar
Matematika

Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat

Melakukan operasi hitungan campuran

Melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan

                 
     
Nama Dosen: Dirgantara Wicaksono 
Mata Kuliah: Pengembangan Pembelajaran PKn 
                  

Pembelajaran Terpadu Model Integrated

A.    Pembelajaran Terpadu Model Integrated
Menurut Fogarty (1991:76) pembelajaran terpadu model integrated merupakan pendekatan belajar mengajar yang memadukan empat atau lebih mata pelajaran dengan memprioritaskan konsep-konsep, ketrampilan-ketrampilan atau sikap yang dapat dipadukan dari masing-masing mata pelajaran yang bertolak dari tema sentral. Pembelajaran terpadu model integrated secara psikologis dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi anak, karena anak mengalami secara langsung dan menghubungkannya dengan konsep-konsep lain. Hal ini sesuai dengan falsafah I hear- I forget, I see- I remember, I do- I understand.
Dengan demikian pembelajaran terpadu model integrated dapat memberikan peluang yang besar bagi peningkatan hasil belajar dan pengembangan kreativitas siswa secara bermakna ke arah pencapaian tujuan pembelajaran yang optimal. Sesuai taraf perkembangannya siswa melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh dan belum dapat memisahkan bahan kajian yang satu dengan lainnya. Untuk itu perlu direncanakan suatu model pembelajaran yang bersifat terpadu dengan menggunakan tema sebagai payung untuk mengaitkan beberapa konsep (Fogarty, 1991:55).
Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar untuk memperoleh hasil belajar yang optimal dan bermakna, diterapkan model pembelajaran yang berpusat pada aktivitas anak serta memperhatikan cara berpikir anak. Siswa sendiri aktif membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Menurut Piaget (dalam Dahar, 1989:43) siswa sekolah dasar berada dalam tahap operasi konkret, berarti anak perlu benda-benda konkret untuk membantu proses belajar. Kemudian ia juga menyatakan bahwa melalui bermain anak-anak dapat mengekspresikan dunianya, kompetensinya dan upaya mengatasi masalah yang dihadapinya sehingga daya kreasi dan kreativitas anak terbina dalam proses bermain.
Peter (dalam Depdikbud, 1995) menyatakan bahwa nilai tambah pembelajaran terpadu tidak hanya bagi siswa, tetapi juga bagi guru. Melalui pembelajaran terpadu, siswa diharapkan dapat memahami suatu permasalahan secara menyeluruh. Dengan demikian siswa lebih memahami arti kehidupan, yang saling terkait antara konsep pelajaran dengan masalah yang ada di sekitar. Selain itu siswa juga dapat meningkatkan keterampilan proses sains, berkomunikasi, memecahkan masalah, berpikir kritis dan kreatif. Bagi guru pembelajaran terpadu dapat meningkatkan keterampilan mengorganisir dan merencanakan pengajaran serta membina semangat kerja sama dengan teman sejawat.
Pembelajaran terpadu model integrated perlu dikembangkan pada suatu pembelajaran di SD, karena lebih memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dan berbagai segi. Penerapan pembelajaran terpadu model integrated lebih memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antarskemata (pengetahuan) yang telah dimiliki siswa sesuai dengan potensi yang ada pada diri siswa.
Selain memiliki kelebihan, pembelajaran terpadu model integrated memiliki keterbatasan, terutama pada aspek penilaian. Penilaian instruksional pembelajaran terpadu lebih banyak menuntut guru tidak hanya melakukan penilaian akhir tetapi menuntut penilaian proses yang lebih komprehensif, sehingga menuntut penilaian yang lebih beragam.
Pembelajaran terpadu model integrated menggunakan pendekatan antar mata pelajaran, yang dalam pelaksanaannya perlu upaya penggabungan beberapa mata pelajaran dengan menetapkan prioritas materi esensial, serta keterampilan dan sikap yang bertolak dari tema sentral. Guru pertama-tama menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang akan diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang memiliki hubungan erat dari beberapa mata pelajaran bertolak dari tema sentral yang telah ditentukan. Contoh pembelajaran terpadu model integrated diterapkan di kelas 4 dengan tema teknologi yang memadukan mata pelajaran sains, matematika, ilmu sosial dan Bahasa Indonesia.
Pembelajaran integrated (terpadu) merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Pembelajaran terpadu tipe integrated (keterpaduan) adalah tipe pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi, menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi (Fogarty, 1991: 76).
Ada sejumlah KD yang mengandung konsep saling beririsan/tumpang tindih, sehingga bila dibelajarkan secara terpisah-pisah menjadi tidak efisien. Konsep-konsep semacam ini memerlukan pembelajaran model integrated atau shared. Pada model integrated, materi pembelajaran adalah KD-KD atau konsep-konsep dalam KD yang sepenuhnya beririsan; sedangkan pada model shared, KD-KD atau konsep-konsep dalam KD yang dibelajarkan tidak sepenuhnya beririsan, tetapi dimulai dari bagian yang beririsan.
B. Implementasi Model Pembelajaran Integrated
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 secara tegas mengatakan pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Wacana perubahan pada kurikulum 2013 semua kelas pada sekolah dasar menggunakan pendekatan tematik integratif. Penerapan model tematik integratif tidak meninggalkan model dan metode pembelajaran yang lain. Tematik integratif merupakan model payung. Strategi pembelajaran lain yang bertujuan untuk meningkatkan kecakapan tertentu tetap dilaksanakan dengan pendekatan tematik integratif. Penerapan untuk kelas rendah (1, 2, dan 3) Sekolah Dasar dilakukan dengan pendekatan tematik webbed jaring labang-laba. Kelas atas (4, 5, dan 6) dengan pendekatan integrated atau terpadu beberapa mata pelajaran.
Persoalan yang muncul selama ini dalam penerapan pembelajaran tematik integratif adalah ketidakberanian dan kegamangan guru dalam menerapkan tematik integratif selain pendekatan standar isi yang masih pendekatan mata pelajaran juga karena kurangnya pengetahuan. Penerapan pendekatan tematik integratif membutuhkan persiapan dan kompetensi yang memadai. Clark (2005) menjelaskan untuk merancang dan melaksanakan kurikulum integartif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut: 1) filosofi; 2) mengembangkan staf; 3) komunitas pembelajar yang mendukung (supportive learning communities); dan 4) Kepemimpinan yang berdedikasi.
1)      Filosofi, perencana dan pelaksana kurikulum harus memahami filosofi dan teori yang melandasi pembelajaran integratif dan berpusat pada siswa; dan filofosi dan teori materi pelajaran. Penerapan sebuah metode pembelajaran harus didasari pada teorinya. Penguasaan filosofi dan teori yang kuat, memberi keyakinan keberhasilan pelaksanaannya. Perencanaan pembelajaran yang dimulai dari merumuskan indikator pembelajaran sebagai penjabaran standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) membutuhkan penguasaan filosofi dan teori atau isi mata pelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan memperhatikan isi materi, pencapaian kecakapan dan perilaku (afektif), serta ranah psikomotor. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan menyiapkan strategi pembelajaran yang tepat membutuhkan pemahaman terhadap strategi tersebut.
Contoh penerapan model pembelajaran integrated di kelas 1
Perumusan indikator pembelajaran memerlukan kecermatan untuk tidak meninggalkan keluasan dan kedalaman materi; berpikir tingkat tinggi; kecakapan afektif dan psikomotor; dan pendidikan karakter. Perumusan indikator pembelajaran didahului dengan melakukan pemetaan materi yang diawali dari tema.
Tema               : Diri Sendiri
Isi Materi         : 
Nama
Anggota tubuh
Jenis kelamin
Kesukaan terhadap warna
Kesukaan terhadap benda
Alamat rumah
Kesukaan terhadap makanan
Berdasarkan materi yang tercantum pada di atas dan dari esensi diri pribadi, dan taksonomi tujuan pembelajaran Bloom (Anderson dan Krathwohl, 2001) indikator pembelajaran yang dapat didiskusikan sebagai berikut :
1)      menyebutkan nama sendiri dengan pelafalan dan intonasi yang benar
2)      mendiskusikan dengan teman sebangku bagian anggota tubuh
3)      menghitung jumlah anggota tubuh dan benda yang menempel pada tubuhnya
4)      memerinci waktu bangun pagi, berangkat sekolah, pulang sekolah, dan tidur malam
5)      membandingkan ciri-ciri diri sendiri dengan teman lainnya
6)      mengidentifikasi, menyusun dan menjiplak huruf-huruf penyusun namanya

Contoh penerapan model pembelajaran integrated di kelas 4
Penerapan model pembelajaran integrated (terpadu) memadukan SK/KD masing-masing mata pelajaran yang saling terhubung untuk membangun suatu topik utama. Gabungan dari masing-masing KD menjadi dasar dalam menentukan indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran.Ambil contoh kelas IV untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan Matematika.
KD Bahasa Indonesia: 
Ø  Menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu atau penjelasan tentang cara membuat sesuatu (menulis).
KD IPA: 
Ø  Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya.
KD IPS: 
Ø  Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.
KD Matematika: 
Ø  Melakukan operasi perkalian dan pembagian.
KD Gabungan yang dapat didiskusikan adalah: 
Ø  menulis petunjuk penggunaan alat peraga struktur kerangka tubuh manusia dan fungsinya, dan menemukan skala antara alat peraga dengan rata-rata tinggi badan siswa.
2)      Mengembangkan staf. Staf dalam konteks ini adalah semua pemangku kepentingan pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan, LPMP, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan. Pada tataran pelaksanaan kegiatan persekolahan sehari-hari, yang terlibat secara langsung adalah LPMP (khususnya Widyaiswara); Pengawas Sekolah; Kepala Sekolah; dan Guru. Keempat unsur ini dituntut menguasai filosofi dan teori pembelajaran tematik integratif, dan strategi pembelajaran dari sisi keluasan dan kedalamannya. Mekanisme pemeliharaan dan pengembangan kompetensi yang seiring dengan jabatan fungsional yang diembanya dilakukan secara sistematis.
3)      Komunitas Pembelajaran yang Mendukung (supportive learning communities). Sekolah sebagai organisasi dituntut untuk menjadi organisasi pembelajar (learning organisation).
4)      Kepemimpinan yang berdedikasi. Peran pemimpin dalam sebuah organisasi adalah: menciptakan visi, membangun tim, memberikan penugasan, mengembangkan orang, dan memotivasi anak buah (Arjanti, 2012).
C. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Integrated
Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar sebagaiunsur inti dari aktivitas pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan rambu-rambu yang telah disusun dalam perencanaan sebelumnya. Secara prosedural langkah-langkah kegiatan yang ditempuh diterapkan ke dalam tigalangkah sebagai berikut:
1. Kegiatan awal/ pembukaan (opening)
Tujuan dari kegiatan membuka pelajaran adalah:
Pertama, untuk menarikperhatian siswa, yang dapat dilakukan dengan cara seperti meyakinkan siswabahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untukdirinya; melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa; melakukan interaksiyang menyenangkan.
Kedua, menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapatdilakukan dengan cara seperti membangun suasana akrab sehingga siswa merasadekat, misalnya menyapa dan berkomunikasi secara kekeluargaan; menimbulkanrasa ingin tahu, misalnya mengajak siswa untuk mempelajari suatu kasus yangsedang hangat dibicarakan; mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akandilakukan dengan kebutuhan siswa.
Ketiga, memberikan acuan atau rambu-rambutentang pembelajaran yang akan dilakukan, yang dapat dilakukan dengan caraseperti mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harusdilakukan dalam hubungannya dengan pencapian tujuan (Sanjaya, W., 2006:41).
 2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dalam kegiatan inti dilakukan pembahasan terhadap tema dan subtema melalui berbagai kegiatan belajar dengan menggunakan multi metode dan media sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Pada waktu penyajian dan pembahasan tema, guru dalam penyajiannya sehendaknya lebih berperan sebagai fasilitator (Alwasilah:1988). Selain itu guru harus pula mampu berperan sebagai model pembelajar yang baik bagi siswa. Artinya guru secara aktif dalam kegiatan belajar berkolaborasi dan berdiskusi dengan siswa dalam mempelajari tema atau sub tema yang sedang dipelajari. Peran inilah yang disebutkan oleh Nasution (2004: 4) sebagai suatu aktivitas mengorganisasi dan mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
Dengan demikian pada langkah kegiatan inti guru menggunakan strategi pembelajaran dengan upaya menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa agarmurid aktif mempelajari permasalahan berkenaan dengan tema atau subtema. Pembelajaran dalam hal ini dilakukan melalui berbagai kegiatan agar siswa mengalami, mengerjakan, memahami atau disebut dengan belajar melalui proses (Wijaya, dkk: 1988: 188). Untuk itu maka selama proses pembelajaran siswa mengamati obyek nyata berupa benda nyata atau lingkungan sekitar, melaporkan hasil pengamatan, melakukan permainan, berdialog, bercerita, mengarang, membaca sumber-sumber bacaan, bertanya dan menjawab pertanyaan, serta bermain peran. Selama proses pembelajaran hendaknya guru selalu memberikanumpan agar anak berusaha mencari jawaban dari permasalahan yang dipelajari. Umpan dapat diberikan guru melalui pertanyaan-pertanyaan menantang yang membangkitkan anak untuk berfikir dan mencari solusi melalui kegiatan belajar.
3. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pembelajaran adalah meninjau kembali dan mengadakan evaluasi pada akhir pembelajaran. Dalam kegiatan meninjau kembali dapat dilakukan dengan merangkum inti pelajaran atau membuat ringkasan. Sedangkan dalam kegiatan evaluasi, guru dapat menggunakan bentuk-bentuk mendemontrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide-ide baru pada situasi lain, mengekspresikan pendapat murid sendiri atau mengerjakan soal-soal tertulis (Hadisubroto dan Herawati; 1998 517). Berkaitan dengan evaluasi Vogt (2001:7) menyebutkan bahwa assessment dapat dilaksanakan secara kolaboratif dan sportif antara siswa dan guru. Assessment dapat dilakukan secara formal maupun informal. Formal assessment dapat berupa tes khusus seperti membaca, menulis dan penggunaan bahasa, sedangkan informal assessment berkaitan dengan kemajuan siswa yang dapat dilakukan melalui catatan anekdot, observasi, diskusi kelompok, refleksi dan laporan kelompok belajar. Self assessment bagi siswa akan membantu untuk dapat mengukur kemajuan diri. Mereka juga dapat mengetahui apa yang telah mereka pelajari. Caranya dapat menggunakan checklist, refleksi tertulis, journal.
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Integrated
1. Kelebihan Model Integrated
Menurut Fogarty (1991 : 57) kelebihan dari model pembelajaran tematik adalah:
1)      Faktor motivasi, karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat.
2)      Penulisan dari unitnya sangat dikenal oleh guru.
3)      Model ini merupakan perencanaan kurikulum yang to the point sehingga mudah ditangkap oleh guru yang kurang berpengalaman.
4)      Model ini juga mendorong timbulnya perencanaan bersama karena sebuah timlintas mata pelajaran bekerja bersama agar tema itu dapat digunakan oleh semua mata pelajaran .
5)      Siswa akan dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dapat saling berhubungan.
Lebih lanjut Tim Pengembang PGSD (1996:7) mengemukakan kelebihan yang terdapat dalam pelaksanaan model pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
1)      Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
2)      Kegiatan yang dipilih sesuai dan bertolak dari minat dan kebutuhan anak.
3)      Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
4)      Pembelajaran tematik menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak.
5)      Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan anak.
6)      Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain.
2. Kekurangan Model Integrated
1)      Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi.
2)      Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.
3)      Pengintegrasian kurikulum dengan konsep-konsep dari masing-masing bidang studi menuntut adanya sumber belajar yang beraneka ragam.
4)      Dalam penerapannya, sulit menerapkan tipe ini secara penuh.


 Nama Dosen: Dirgantara Wicaksono
Mata Kuliah: Pengembangan Pembelajaran PKn di SD