Kamis, 11 Juni 2015

Pembelajaran Terpadu Model Fragmented

Pembelajaran Terpadu Model Fragmented


A.    Pengertian Model Fragmented
Model Fragmented adalah susunan kurikulum tradisional yang memisahkan berbagai macam disiplin ilmu. Secara khusus, ada empat macam bidang akademis yang diberi nama Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Bahasa dan Seni, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),. Ilmu murni dan ilmu praktis dalam hal ini seni digolongkan matapelajaran lunak dibandingkan dengan berbagai matapelajaran yang bersifat keras. Ada berbagai macam disiplin ilmu yang kita namai dengan ilmu kemanusiaan. Di dalam kurikulum standar, berbagai matapelajaran tersebut diajarkan secara terpisah dan sama sekali tidak ada usaha untuk menghubungkan dan menggabungkan pelajaran-pelajaran tersebut. Dan karena inilah ada semacam hubungan tumpang tindih antara ilmu pengetahuan Fisika dan Kimia dalam matapelajaran IPA dan hubungan antara keduanya bersifat implicit dan bukan secara eksplisit (jelas) sehingga perlu adanya pendekatan di dalamnya.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model fragmented ini menunjukkan pengintegrasian secara implicit di dalam satu displin ilmu tertentu (intra disiplin). Di dalam masing-masing disiplin ilmu itu memiliki bagian-bagian atau bidang-bidang ilmu yang merupakan satu kesatuan dalam bidang ilmu tersebut. Misalnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesi terdapat lima aspek yaitu: Berbicara, menulis, menyimak, membaca, dan apresiasi sastra. Dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia ini lima aspek tersebut dianjurkan secara menyeluruh sesuai dengan kurikulum yang telah direncanakan. Untuk mata pelajaran IPA terdiri atas ilmu Kimia, Fisika, dan Biologi. Sedangkan matapelajaran IPS terdiri atas ilmu Geografi, Sejarah, dan Ekonomi dan Koprasi.
B.     Gambaran Pembelajaran Terpadu Penggalan (Fragmented)
Dalam jenjang pendidikan tingkat menengah, masing-masing disiplin ilmu tersebut diajarkan oleh guru yang  berbeda dengan menggunakan berbagai macam lokasi yang berbeda tetapi masih di lingkungan sekolah  yang sama. Hal ini yang menyebabkan pemecahan atau pemisahan materi dalam kurikulum antara matapelajaran yang satu dengan matapelajaran yang lainnya. Dan pemisahan antara berbagai bidang ilmu itu terlihat jelas pada saat guru mengatakan “Sekarang anak-anak bukalah buku IPA kalian dan masukkan buku Matematikamu, dan sekarang waktunya kita belajar IPA”. Dan jadwal pelajaran di sekolah pun menunjukkan jadwal yang berbeda antara pelajaran Matematika, IPA, atau bidang ilmu Sosial yang lainnya. Hampir tak satu pun matapelajaran yang dijadikan satu atau dihubungkan satu kesatuan yang saling berkaitan.
C.    Kelebihan dan Kekurangan Model Fragmented
Kelebihan Pembelajaran Terpadu Penggalan (Fragmented)
Salah satu kelebihan dari model fragmented ini adalah menjaga agar suatu matapelajaran terjaga keaslian dan kemurniannya tidak tercampuri dengan matapelajaran yang lainnya. Oleh karena itu model ini menyiapkan seorang guru yang betul-betul pakar atau ahli di bidang matapelajaran yang ia ajarkan dan mampu mengajarkan, menggali, dan memahami materi tersebut secara luas dan mendalam. Dan model ini juga memberikan “zona kenyamanan” bagi seluruh pesertanya artinya guru akan ditempatkan sebagai seorang sumber belajar, sedangkan siswa sebagai pencari ilmu yang berbeda. Dengan bantuan seorang guru siswa akan banyak mendapatkan kelebihan dari model fragmented ini.
      Kelemahan Pembelajaran Terpadu Penggalan (Fragmented)
Kelemahan dari model fragmented ini ada dua yaitu siswa tidak mampu membuat hubungan yang berkesinambungan antara macam bidang ilmu yang berbeda sehingga mereka tidak mampu membuat hubungan secara konsep dua matapelajaran yang berbeda. Yang kedua model ini akan menyebabkan semacam proses tumpang tindih dalam hal konsep, perilaku dan konsep yang dikuasai siswa.
D.    Kegunaan Pembelajaran Terpadu Penggalan (Fragmented)
Model fragmented ini akan berguna apabila diterapkan pada sekolah dasar yang siswanya memiliki berbagai macam karakter yang berbeda dengan berbagai macam bidang ilmu yang ada yang nantinya siswa akan didorong untuk memilih jurusan yang paling mereka sukai. Dan model ini sangat bermanfaat pada tingkat menengah atas dan universitas di mana masing-masing siswa akan kita dorong untuk menentukan dan mengkhususkan bidang keahlian yeng meraka miliki melalui serangkaian aktivitas seperti monitoring, pelatihan, serta kerja sama belajar. Selain itu model ini juga sangat bermanfaat untuk guru yang ingin lebih spesifik dalam keahliannya di bidang ilmu tertentu dan menggembangkan kurikulum yang ada dalam proses pembelajaran di kelas.
E.     Penerapan Model Fragmented
Model fragmented di Sekolah Dasar sangat tepat diterapkan di kelas tinggi yaitu di kelas IV, V, dan VI. Di kelas tersebut pemahaman siswa lebih konkrit dibanding di kelas I, II, dan III yang masih bersifat abstrak atau global sehingga di kelas tinggi ini siswa mampu untuk menerima guru dan matapelajaran yang berbeda dalam proses pembelajarannya.
Sebagai contoh penerapan, berikut ini tentang pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar kelas 5 dengan menggunakan pembelajaran terpadu model fragmented.
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan berbahasa siswa baik lisan maupun tertulis. Kemampuan berbahasa meliputi kemampuan mendengarkan, membaca, berbicara, menulis, dan apresiasi sastra. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan kelima kemampuan tersebut dapat meningkat baik secara lisan maupun tertulis.
Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berbahasa siswa diperlukan berbagai usaha, strategi maupun metode yang inovatif dan kreatif sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia tidak menjadi pembelajaran yang membosankan bagi siswa. Dengan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan diharapkan siswa dapat belajar mandiri dan merasa bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuannya sendiri tanpa ada paksaan dari guru. Untuk mencapai tujuan tersebut seorang guru harus berusaha untuk membuat rencana pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, potensi, sarana dan prasarana yang tersedia.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kelima aspek kemampuan berbahasa tersebut harus diberikan secara menyeluruh dan terencana, sehingga diharapkan siswa dapat meningkatkan dan menguasai kelima aspek tersebut baik secara lisan maupun tulis dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Pembelajaran kebahasaan juga tak kalah pentingnya dalam pengembangan pembelajaran Bahasa Indonesia selain kelima aspek kemampuan berbahasa tersebut. Walaupun dalam KTSP pembelajaran kebahasaan tidak dicantumkan secara eksplisit atau secara tertulis tetapi dalam pengembangan pembelajarannya aspek kebahasaan ini harus diberikan secara terintegrasi dalam dalam kelima aspek tersebut. Hai ini disebabkan aspek kebahasaan meerupakan dasar dari kemampuan berbahasa seseorang agar mereka dapat berkomunikasi dengan baik dan benar secara lisan maupun tulis.


Nama Dosen: Dirgantara Wicaksono
Mata Kuliah: Pengembangan Pembelajaran PKn di SD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar