Pembelajaran Terpadu Model Fragmented
A. Pengertian
Model Fragmented
Model Fragmented
adalah susunan kurikulum tradisional yang memisahkan berbagai macam disiplin
ilmu. Secara khusus, ada empat macam bidang akademis yang diberi nama
Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Bahasa dan Seni, Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS),. Ilmu murni dan
ilmu praktis dalam hal ini seni digolongkan matapelajaran lunak dibandingkan
dengan berbagai matapelajaran yang bersifat keras. Ada berbagai macam disiplin
ilmu yang kita namai dengan ilmu kemanusiaan. Di dalam kurikulum standar,
berbagai matapelajaran tersebut diajarkan secara terpisah dan sama sekali tidak
ada usaha untuk menghubungkan dan menggabungkan pelajaran-pelajaran tersebut.
Dan karena inilah ada semacam hubungan tumpang tindih antara ilmu pengetahuan
Fisika dan Kimia dalam matapelajaran IPA dan hubungan antara keduanya bersifat
implicit dan bukan secara eksplisit (jelas) sehingga perlu adanya pendekatan di
dalamnya.
Berdasarkan
pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model fragmented ini menunjukkan
pengintegrasian secara implicit di dalam satu displin ilmu tertentu (intra
disiplin). Di dalam masing-masing disiplin ilmu itu memiliki bagian-bagian atau
bidang-bidang ilmu yang merupakan satu kesatuan dalam bidang ilmu tersebut.
Misalnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesi terdapat lima aspek yaitu:
Berbicara, menulis, menyimak, membaca, dan apresiasi sastra. Dalam pelaksanaan
pembelajaran Bahasa Indonesia ini lima aspek tersebut dianjurkan secara
menyeluruh sesuai dengan kurikulum yang telah direncanakan. Untuk mata
pelajaran IPA terdiri atas ilmu Kimia, Fisika, dan Biologi. Sedangkan
matapelajaran IPS terdiri atas ilmu Geografi, Sejarah, dan Ekonomi dan Koprasi.
B. Gambaran
Pembelajaran Terpadu Penggalan (Fragmented)
Dalam jenjang pendidikan tingkat menengah, masing-masing
disiplin ilmu tersebut diajarkan oleh guru yang
berbeda dengan menggunakan berbagai macam lokasi yang berbeda tetapi
masih di lingkungan sekolah yang sama.
Hal ini yang menyebabkan pemecahan atau pemisahan materi dalam kurikulum antara
matapelajaran yang satu dengan matapelajaran yang lainnya. Dan pemisahan antara
berbagai bidang ilmu itu terlihat jelas pada saat guru mengatakan “Sekarang
anak-anak bukalah buku IPA kalian dan masukkan buku Matematikamu, dan sekarang
waktunya kita belajar IPA”. Dan jadwal pelajaran di sekolah pun menunjukkan
jadwal yang berbeda antara pelajaran Matematika, IPA, atau bidang ilmu Sosial
yang lainnya. Hampir tak satu pun matapelajaran yang dijadikan satu atau
dihubungkan satu kesatuan yang saling berkaitan.
C. Kelebihan dan
Kekurangan Model Fragmented
Kelebihan Pembelajaran
Terpadu Penggalan (Fragmented)
Salah satu
kelebihan dari model fragmented ini adalah menjaga agar suatu matapelajaran
terjaga keaslian dan kemurniannya tidak tercampuri dengan matapelajaran yang
lainnya. Oleh karena itu model ini menyiapkan seorang guru yang betul-betul
pakar atau ahli di bidang matapelajaran yang ia ajarkan dan mampu mengajarkan,
menggali, dan memahami materi tersebut secara luas dan mendalam. Dan model ini
juga memberikan “zona kenyamanan” bagi seluruh pesertanya artinya guru akan
ditempatkan sebagai seorang sumber belajar, sedangkan siswa sebagai pencari
ilmu yang berbeda. Dengan bantuan seorang guru siswa akan banyak mendapatkan
kelebihan dari model fragmented ini.
Kelemahan
Pembelajaran Terpadu Penggalan (Fragmented)
Kelemahan dari
model fragmented ini ada dua yaitu siswa tidak mampu membuat hubungan yang
berkesinambungan antara macam bidang ilmu yang berbeda sehingga mereka tidak
mampu membuat hubungan secara konsep dua matapelajaran yang berbeda. Yang kedua
model ini akan menyebabkan semacam proses tumpang tindih dalam hal konsep,
perilaku dan konsep yang dikuasai siswa.
Model
fragmented ini akan berguna apabila diterapkan pada sekolah dasar yang siswanya
memiliki berbagai macam karakter yang berbeda dengan berbagai macam bidang ilmu
yang ada yang nantinya siswa akan didorong untuk memilih jurusan yang paling
mereka sukai. Dan model ini sangat bermanfaat pada tingkat menengah atas dan
universitas di mana masing-masing siswa akan kita dorong untuk menentukan dan
mengkhususkan bidang keahlian yeng meraka miliki melalui serangkaian aktivitas
seperti monitoring, pelatihan, serta kerja sama belajar. Selain itu model ini
juga sangat bermanfaat untuk guru yang ingin lebih spesifik dalam keahliannya
di bidang ilmu tertentu dan menggembangkan kurikulum yang ada dalam proses
pembelajaran di kelas.
E. Penerapan
Model Fragmented
Model
fragmented di Sekolah Dasar sangat tepat diterapkan di kelas tinggi yaitu di
kelas IV, V, dan VI. Di kelas tersebut pemahaman siswa lebih konkrit dibanding
di kelas I, II, dan III yang masih bersifat abstrak atau global sehingga di
kelas tinggi ini siswa mampu untuk menerima guru dan matapelajaran yang berbeda
dalam proses pembelajarannya.
Sebagai contoh
penerapan, berikut ini tentang pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar
kelas 5 dengan menggunakan pembelajaran terpadu model fragmented.
Tujuan
pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan berbahasa siswa
baik lisan maupun tertulis. Kemampuan berbahasa meliputi kemampuan
mendengarkan, membaca, berbicara, menulis, dan apresiasi sastra. Dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan kelima kemampuan tersebut dapat
meningkat baik secara lisan maupun tertulis.
Untuk meningkatkan
dan mengembangkan kemampuan berbahasa siswa diperlukan berbagai usaha, strategi
maupun metode yang inovatif dan kreatif sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia
tidak menjadi pembelajaran yang membosankan bagi siswa. Dengan pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan diharapkan siswa dapat belajar
mandiri dan merasa bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuannya sendiri
tanpa ada paksaan dari guru. Untuk mencapai tujuan tersebut seorang guru harus
berusaha untuk membuat rencana pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, potensi,
sarana dan prasarana yang tersedia.
Dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, kelima aspek kemampuan berbahasa tersebut harus
diberikan secara menyeluruh dan terencana, sehingga diharapkan siswa dapat
meningkatkan dan menguasai kelima aspek tersebut baik secara lisan maupun tulis
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Pembelajaran
kebahasaan juga tak kalah pentingnya dalam pengembangan pembelajaran Bahasa
Indonesia selain kelima aspek kemampuan berbahasa tersebut. Walaupun dalam KTSP
pembelajaran kebahasaan tidak dicantumkan secara eksplisit atau secara tertulis
tetapi dalam pengembangan pembelajarannya aspek kebahasaan ini harus diberikan
secara terintegrasi dalam dalam kelima aspek tersebut. Hai ini disebabkan aspek
kebahasaan meerupakan dasar dari kemampuan berbahasa seseorang agar mereka
dapat berkomunikasi dengan baik dan benar secara lisan maupun tulis.
Nama Dosen: Dirgantara Wicaksono
Mata Kuliah: Pengembangan Pembelajaran PKn di SD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar