A. Pengertian Model Pembelajaran Berbentuk Sarang/Kumpulan (Nested)
Model
Sarang (Nested) adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya
adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan
keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi. Model
ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek pada kemudian dilengkapi
dengan aspek keterampilan lain. model ini dapat digunakan bila guru mempunyai
tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya
menjadi suatu kesatuan. Dengan menggabungkan atau merangkaikan
kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah
mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap melalui aktivitas yang telah
terstruktur.
Keterampilan-keterampilan
belajar itu meliputi keterampilan berfikir (thingking skill),
keterampilan social (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing
skill) Fogarty (1991: 23), Menurut (Udin Syaefudin Sa’ud, 2006 : 32)
model Nested merupakan pemaduan
berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan
pembelajaran. Misalnya pada satuan jam tertentu seorang guru memfokuskan
kegiatan pembelajaran pada pemahaman tata bentuk kata, makna kata, dan ungkapan
dengan saran pembuahan ketrampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya
berpikir logis, menentukan cirri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi,
membuat ungkapan dan menulis puisi. Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan
konsep dan ketrampilan tersebut keseluruhanya tidak harus dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran. Ketrampilan dalam mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis
dalam hal ini disikapi sebagai bentuk ketrampilan yang tergarap saat siswa
memakai kata-kata, membuat ungkapan dan mengarang puisi. Tanda terkuasainya
ketrampilan tersebut dalam hal ini ditunjukan oleh kemampuana mereka dalam
membuat ungkapan dan mengarang puisi.
B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Tipe Nested (Tersarang)
Menurut Depdikbud (1996:3)
pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau
cirri-ciri, yaitu:
1. Holistic
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu
fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa
menjadi lebih arif dan bijaksana di dalam menyikapi atau menghadapi kejadian
yang ada di depan mereka.
2. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti
yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar
konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak
kepada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Siswa mampu menerapkan
perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul di dalam
kehidupannya.
3. Otentik
Pembelajaran terpadu juga memungkinkan siswa memahami secara
langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar
secara langsung.Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar
pemberitahuan guru.Informasi dan pengetauhuan yang diperoleh sifatnya menjadi
lebih otentik.Misalnya, hokum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui
kegiatan eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan
katalisator, sedang siswa bertindak sebagai actor pencari informasi dan
pengetahuan. Guru memberikan bimbingan kearah mana yang dilalui dan memberikan
fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam
pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosianal guna
tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat,
dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus menerus belajar.
Disamping
itu pembelajaran terpadu menyajikan beberapa keterampilan dalam suatu proses
pembelajaran. Selain mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu memberikan
hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
C. Langkah – langkah model pembelajaran
berbentuk sarang/kumpulan (nested)
Pada dasarnya langkah-langkah
pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) mengikuti tahap-tahap yang dilalui
dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi tiga tahap yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
1)
Tahap Perencanaan
a
Menentukan
jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan.
Karakteristik
mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal. Seperti contoh yang
diberikan Fogary (1991:28) untuk jenis mata pelajaran sosial dan bahasa dapt dipadukan
keterampilan berpikir dengan keterampilan sosial. Sedangkan untuk mata
pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan keterampilan berpikir dan
keterampilan mengorganisir.
b
Memilih
kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.
Langkah ini
akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan dari masing-masing
keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.
c
Menentukan
sub keterampilan yang dipadukan
Secara umum
katerampilan-keterampilan yang harus dikuasai ada tiga, yaitu: (1) keterampilan
berpikir, (2) keterampilan sosial, dan (3) keterampilan mengorganisasi.
d
Merumuskan
tujuan pembelajaran khusus (indikator)
Berdasarkan
kompetensi dasar dan sub kterampilan yang telah dipilih dirumuskan tujuan
pembelajaran khusus (indikator). Setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaidah
penulisan tujuan pembelajaran khusus (indicator) yang meliputi; audience,
baehaviour, condition dan degree.
e
Menentukan
langkah-langkah pembelajaran
Langkah ini
diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan setiap sub keterampilan
yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.
2) Tahap
Pelaksanaan
Dalam
Depdiknas (1996:6), prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi
:
a Guru
hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan
pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran memungkinkan
siswa menjadi pelajar mandiri
b Pemberian
tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerja sama kelompok
c Guru perlu
akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam
proses perencanaan.
Tahap
pelaksanaan pembelajaran mengikuti skenario langkah-langkah pembelajaran, menurut
Muchlas (2002:7), tidak ada model pembelajaran tunggal yang cocok untuk suatu
topic dalam pembelajaran terpadu. Artinya dalam satu tatap muka dipadukan
beberapa model pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memahami model-model
pebelajaran terpadu dengan baik.
3) Tahap
Evaluasi
Tahap
evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaaluasi hasil
pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Depdiknas (1996:6) hendaknya memperhatikan
prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.
a Memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk
evaluasi lainnya
b Guru perlu
mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai
berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
D. Kelebihan Model Pembelajaran Berbentuk Sarang/ Kumpulan (Nested)
Kemampuan
siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga aspek
keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata pelajaran
mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa mendatang.
- Guru dapat memadukan beberapa ketrampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran.
- Pembelajaran semakin berkembang dan diperkaya dengan menjaring dan mengumpulkan sejumlah tujuan dalam pengalaman belajar siswa.
- Pembelajaran dapat mencakup banyak dimensi dengan memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berfikir, keterampilan sosial dan ide lain yang ditemukan
- Memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu sehingga guru dapat memadukan kurikulum secara luas.
E. Kelemahan Model Pembelajaran Berbentuk Sarang/kumpulan (Nested)
Kelemahan
model ini adalah dalam hal perencanaan, jika dilakukan secara
tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa materi dan aspek
keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya tujuan utama
pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser prioritasnya
pada keterampilan. Model nested ini muncul dari kealamiahannya. Dengan
mengumpulkan dua, tiga, atau empat target belajar dalam satu latihan mungkin
membingungkan siswa jika pengumpulan ini tidak dilakukan secara
hati-hati.Prioritas konseptual dari latihan mungkin menjadi tidak jelas karena
siswa diarahkan untuk melakukan banyak tugas belajar pada waktu yang bersamaan.
Model nested ini sangat cocok digunakan guru yang mencoba menanamkan
keterampilan berpikir dan keterampilan kooperatif dalam latihan-latihan mereka.
Menjaga tujuan isi tetap pada tempatnya, sementara menambahkan fokus berpikir
dan keterampilan sosial, akan meningkatkan pengalaman belajar secara
keseluruhan.
F. Penerapan Model Pembelajaran Bentuk Sarang/Kumpulan (nested) dalam Proses Pembelajaran
Model
nested
di sekolah dasar dapat diterapkan khususnya di kelas tinggi, yang sudah pasti
semuanya disesuaikan dengan tingkat perkembangan pemahaman siswa. Dalam
implementasinya, diawali dengan menentukan konten yang ingin dicapai dalam satu
mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan. Dengan menggunakan pokok
bahasan / sub pokok bahasan sebagai bingkai untuk menyarang keterampilan,
konsep dan perilaku yang diharapkan tercapai.
Kemudian menentukan keterampilan-keterampilan lain yang akan dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setelah hal ini dilakukan maka
ditentukan langkah-langkah pembelajaran yang diperlukan sebagai strategi
pembelajaran dengan mengintegrasikan setiap keterampilan yang akan
dikembangkan. Oleh karena itu, guru harus menyusun langkah-langkah pembelajaran
secara sistematis sehingga pembelajaran terpadu yang diterapkan tidak
membingungkan peserta didik ketika belajar di sekolah.
Nama Dosen: Dirgantara Wicaksono
Mata Kuliah: Pengembangan Pembelajaran PKn SD
Mata Kuliah: Pengembangan Pembelajaran PKn SD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar