Kamis, 18 Juni 2015

Pembelajaran Terpadu Model Integrated

A.    Pembelajaran Terpadu Model Integrated
Menurut Fogarty (1991:76) pembelajaran terpadu model integrated merupakan pendekatan belajar mengajar yang memadukan empat atau lebih mata pelajaran dengan memprioritaskan konsep-konsep, ketrampilan-ketrampilan atau sikap yang dapat dipadukan dari masing-masing mata pelajaran yang bertolak dari tema sentral. Pembelajaran terpadu model integrated secara psikologis dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi anak, karena anak mengalami secara langsung dan menghubungkannya dengan konsep-konsep lain. Hal ini sesuai dengan falsafah I hear- I forget, I see- I remember, I do- I understand.
Dengan demikian pembelajaran terpadu model integrated dapat memberikan peluang yang besar bagi peningkatan hasil belajar dan pengembangan kreativitas siswa secara bermakna ke arah pencapaian tujuan pembelajaran yang optimal. Sesuai taraf perkembangannya siswa melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh dan belum dapat memisahkan bahan kajian yang satu dengan lainnya. Untuk itu perlu direncanakan suatu model pembelajaran yang bersifat terpadu dengan menggunakan tema sebagai payung untuk mengaitkan beberapa konsep (Fogarty, 1991:55).
Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar untuk memperoleh hasil belajar yang optimal dan bermakna, diterapkan model pembelajaran yang berpusat pada aktivitas anak serta memperhatikan cara berpikir anak. Siswa sendiri aktif membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Menurut Piaget (dalam Dahar, 1989:43) siswa sekolah dasar berada dalam tahap operasi konkret, berarti anak perlu benda-benda konkret untuk membantu proses belajar. Kemudian ia juga menyatakan bahwa melalui bermain anak-anak dapat mengekspresikan dunianya, kompetensinya dan upaya mengatasi masalah yang dihadapinya sehingga daya kreasi dan kreativitas anak terbina dalam proses bermain.
Peter (dalam Depdikbud, 1995) menyatakan bahwa nilai tambah pembelajaran terpadu tidak hanya bagi siswa, tetapi juga bagi guru. Melalui pembelajaran terpadu, siswa diharapkan dapat memahami suatu permasalahan secara menyeluruh. Dengan demikian siswa lebih memahami arti kehidupan, yang saling terkait antara konsep pelajaran dengan masalah yang ada di sekitar. Selain itu siswa juga dapat meningkatkan keterampilan proses sains, berkomunikasi, memecahkan masalah, berpikir kritis dan kreatif. Bagi guru pembelajaran terpadu dapat meningkatkan keterampilan mengorganisir dan merencanakan pengajaran serta membina semangat kerja sama dengan teman sejawat.
Pembelajaran terpadu model integrated perlu dikembangkan pada suatu pembelajaran di SD, karena lebih memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dan berbagai segi. Penerapan pembelajaran terpadu model integrated lebih memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antarskemata (pengetahuan) yang telah dimiliki siswa sesuai dengan potensi yang ada pada diri siswa.
Selain memiliki kelebihan, pembelajaran terpadu model integrated memiliki keterbatasan, terutama pada aspek penilaian. Penilaian instruksional pembelajaran terpadu lebih banyak menuntut guru tidak hanya melakukan penilaian akhir tetapi menuntut penilaian proses yang lebih komprehensif, sehingga menuntut penilaian yang lebih beragam.
Pembelajaran terpadu model integrated menggunakan pendekatan antar mata pelajaran, yang dalam pelaksanaannya perlu upaya penggabungan beberapa mata pelajaran dengan menetapkan prioritas materi esensial, serta keterampilan dan sikap yang bertolak dari tema sentral. Guru pertama-tama menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang akan diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang memiliki hubungan erat dari beberapa mata pelajaran bertolak dari tema sentral yang telah ditentukan. Contoh pembelajaran terpadu model integrated diterapkan di kelas 4 dengan tema teknologi yang memadukan mata pelajaran sains, matematika, ilmu sosial dan Bahasa Indonesia.
Pembelajaran integrated (terpadu) merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Pembelajaran terpadu tipe integrated (keterpaduan) adalah tipe pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi, menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi (Fogarty, 1991: 76).
Ada sejumlah KD yang mengandung konsep saling beririsan/tumpang tindih, sehingga bila dibelajarkan secara terpisah-pisah menjadi tidak efisien. Konsep-konsep semacam ini memerlukan pembelajaran model integrated atau shared. Pada model integrated, materi pembelajaran adalah KD-KD atau konsep-konsep dalam KD yang sepenuhnya beririsan; sedangkan pada model shared, KD-KD atau konsep-konsep dalam KD yang dibelajarkan tidak sepenuhnya beririsan, tetapi dimulai dari bagian yang beririsan.
B. Implementasi Model Pembelajaran Integrated
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 secara tegas mengatakan pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Wacana perubahan pada kurikulum 2013 semua kelas pada sekolah dasar menggunakan pendekatan tematik integratif. Penerapan model tematik integratif tidak meninggalkan model dan metode pembelajaran yang lain. Tematik integratif merupakan model payung. Strategi pembelajaran lain yang bertujuan untuk meningkatkan kecakapan tertentu tetap dilaksanakan dengan pendekatan tematik integratif. Penerapan untuk kelas rendah (1, 2, dan 3) Sekolah Dasar dilakukan dengan pendekatan tematik webbed jaring labang-laba. Kelas atas (4, 5, dan 6) dengan pendekatan integrated atau terpadu beberapa mata pelajaran.
Persoalan yang muncul selama ini dalam penerapan pembelajaran tematik integratif adalah ketidakberanian dan kegamangan guru dalam menerapkan tematik integratif selain pendekatan standar isi yang masih pendekatan mata pelajaran juga karena kurangnya pengetahuan. Penerapan pendekatan tematik integratif membutuhkan persiapan dan kompetensi yang memadai. Clark (2005) menjelaskan untuk merancang dan melaksanakan kurikulum integartif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut: 1) filosofi; 2) mengembangkan staf; 3) komunitas pembelajar yang mendukung (supportive learning communities); dan 4) Kepemimpinan yang berdedikasi.
1)      Filosofi, perencana dan pelaksana kurikulum harus memahami filosofi dan teori yang melandasi pembelajaran integratif dan berpusat pada siswa; dan filofosi dan teori materi pelajaran. Penerapan sebuah metode pembelajaran harus didasari pada teorinya. Penguasaan filosofi dan teori yang kuat, memberi keyakinan keberhasilan pelaksanaannya. Perencanaan pembelajaran yang dimulai dari merumuskan indikator pembelajaran sebagai penjabaran standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) membutuhkan penguasaan filosofi dan teori atau isi mata pelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan memperhatikan isi materi, pencapaian kecakapan dan perilaku (afektif), serta ranah psikomotor. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan menyiapkan strategi pembelajaran yang tepat membutuhkan pemahaman terhadap strategi tersebut.
Contoh penerapan model pembelajaran integrated di kelas 1
Perumusan indikator pembelajaran memerlukan kecermatan untuk tidak meninggalkan keluasan dan kedalaman materi; berpikir tingkat tinggi; kecakapan afektif dan psikomotor; dan pendidikan karakter. Perumusan indikator pembelajaran didahului dengan melakukan pemetaan materi yang diawali dari tema.
Tema               : Diri Sendiri
Isi Materi         : 
Nama
Anggota tubuh
Jenis kelamin
Kesukaan terhadap warna
Kesukaan terhadap benda
Alamat rumah
Kesukaan terhadap makanan
Berdasarkan materi yang tercantum pada di atas dan dari esensi diri pribadi, dan taksonomi tujuan pembelajaran Bloom (Anderson dan Krathwohl, 2001) indikator pembelajaran yang dapat didiskusikan sebagai berikut :
1)      menyebutkan nama sendiri dengan pelafalan dan intonasi yang benar
2)      mendiskusikan dengan teman sebangku bagian anggota tubuh
3)      menghitung jumlah anggota tubuh dan benda yang menempel pada tubuhnya
4)      memerinci waktu bangun pagi, berangkat sekolah, pulang sekolah, dan tidur malam
5)      membandingkan ciri-ciri diri sendiri dengan teman lainnya
6)      mengidentifikasi, menyusun dan menjiplak huruf-huruf penyusun namanya

Contoh penerapan model pembelajaran integrated di kelas 4
Penerapan model pembelajaran integrated (terpadu) memadukan SK/KD masing-masing mata pelajaran yang saling terhubung untuk membangun suatu topik utama. Gabungan dari masing-masing KD menjadi dasar dalam menentukan indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran.Ambil contoh kelas IV untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan Matematika.
KD Bahasa Indonesia: 
Ø  Menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu atau penjelasan tentang cara membuat sesuatu (menulis).
KD IPA: 
Ø  Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya.
KD IPS: 
Ø  Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.
KD Matematika: 
Ø  Melakukan operasi perkalian dan pembagian.
KD Gabungan yang dapat didiskusikan adalah: 
Ø  menulis petunjuk penggunaan alat peraga struktur kerangka tubuh manusia dan fungsinya, dan menemukan skala antara alat peraga dengan rata-rata tinggi badan siswa.
2)      Mengembangkan staf. Staf dalam konteks ini adalah semua pemangku kepentingan pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan, LPMP, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan. Pada tataran pelaksanaan kegiatan persekolahan sehari-hari, yang terlibat secara langsung adalah LPMP (khususnya Widyaiswara); Pengawas Sekolah; Kepala Sekolah; dan Guru. Keempat unsur ini dituntut menguasai filosofi dan teori pembelajaran tematik integratif, dan strategi pembelajaran dari sisi keluasan dan kedalamannya. Mekanisme pemeliharaan dan pengembangan kompetensi yang seiring dengan jabatan fungsional yang diembanya dilakukan secara sistematis.
3)      Komunitas Pembelajaran yang Mendukung (supportive learning communities). Sekolah sebagai organisasi dituntut untuk menjadi organisasi pembelajar (learning organisation).
4)      Kepemimpinan yang berdedikasi. Peran pemimpin dalam sebuah organisasi adalah: menciptakan visi, membangun tim, memberikan penugasan, mengembangkan orang, dan memotivasi anak buah (Arjanti, 2012).
C. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Integrated
Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar sebagaiunsur inti dari aktivitas pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan rambu-rambu yang telah disusun dalam perencanaan sebelumnya. Secara prosedural langkah-langkah kegiatan yang ditempuh diterapkan ke dalam tigalangkah sebagai berikut:
1. Kegiatan awal/ pembukaan (opening)
Tujuan dari kegiatan membuka pelajaran adalah:
Pertama, untuk menarikperhatian siswa, yang dapat dilakukan dengan cara seperti meyakinkan siswabahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untukdirinya; melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa; melakukan interaksiyang menyenangkan.
Kedua, menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapatdilakukan dengan cara seperti membangun suasana akrab sehingga siswa merasadekat, misalnya menyapa dan berkomunikasi secara kekeluargaan; menimbulkanrasa ingin tahu, misalnya mengajak siswa untuk mempelajari suatu kasus yangsedang hangat dibicarakan; mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akandilakukan dengan kebutuhan siswa.
Ketiga, memberikan acuan atau rambu-rambutentang pembelajaran yang akan dilakukan, yang dapat dilakukan dengan caraseperti mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harusdilakukan dalam hubungannya dengan pencapian tujuan (Sanjaya, W., 2006:41).
 2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dalam kegiatan inti dilakukan pembahasan terhadap tema dan subtema melalui berbagai kegiatan belajar dengan menggunakan multi metode dan media sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Pada waktu penyajian dan pembahasan tema, guru dalam penyajiannya sehendaknya lebih berperan sebagai fasilitator (Alwasilah:1988). Selain itu guru harus pula mampu berperan sebagai model pembelajar yang baik bagi siswa. Artinya guru secara aktif dalam kegiatan belajar berkolaborasi dan berdiskusi dengan siswa dalam mempelajari tema atau sub tema yang sedang dipelajari. Peran inilah yang disebutkan oleh Nasution (2004: 4) sebagai suatu aktivitas mengorganisasi dan mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
Dengan demikian pada langkah kegiatan inti guru menggunakan strategi pembelajaran dengan upaya menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa agarmurid aktif mempelajari permasalahan berkenaan dengan tema atau subtema. Pembelajaran dalam hal ini dilakukan melalui berbagai kegiatan agar siswa mengalami, mengerjakan, memahami atau disebut dengan belajar melalui proses (Wijaya, dkk: 1988: 188). Untuk itu maka selama proses pembelajaran siswa mengamati obyek nyata berupa benda nyata atau lingkungan sekitar, melaporkan hasil pengamatan, melakukan permainan, berdialog, bercerita, mengarang, membaca sumber-sumber bacaan, bertanya dan menjawab pertanyaan, serta bermain peran. Selama proses pembelajaran hendaknya guru selalu memberikanumpan agar anak berusaha mencari jawaban dari permasalahan yang dipelajari. Umpan dapat diberikan guru melalui pertanyaan-pertanyaan menantang yang membangkitkan anak untuk berfikir dan mencari solusi melalui kegiatan belajar.
3. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pembelajaran adalah meninjau kembali dan mengadakan evaluasi pada akhir pembelajaran. Dalam kegiatan meninjau kembali dapat dilakukan dengan merangkum inti pelajaran atau membuat ringkasan. Sedangkan dalam kegiatan evaluasi, guru dapat menggunakan bentuk-bentuk mendemontrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide-ide baru pada situasi lain, mengekspresikan pendapat murid sendiri atau mengerjakan soal-soal tertulis (Hadisubroto dan Herawati; 1998 517). Berkaitan dengan evaluasi Vogt (2001:7) menyebutkan bahwa assessment dapat dilaksanakan secara kolaboratif dan sportif antara siswa dan guru. Assessment dapat dilakukan secara formal maupun informal. Formal assessment dapat berupa tes khusus seperti membaca, menulis dan penggunaan bahasa, sedangkan informal assessment berkaitan dengan kemajuan siswa yang dapat dilakukan melalui catatan anekdot, observasi, diskusi kelompok, refleksi dan laporan kelompok belajar. Self assessment bagi siswa akan membantu untuk dapat mengukur kemajuan diri. Mereka juga dapat mengetahui apa yang telah mereka pelajari. Caranya dapat menggunakan checklist, refleksi tertulis, journal.
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Integrated
1. Kelebihan Model Integrated
Menurut Fogarty (1991 : 57) kelebihan dari model pembelajaran tematik adalah:
1)      Faktor motivasi, karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat.
2)      Penulisan dari unitnya sangat dikenal oleh guru.
3)      Model ini merupakan perencanaan kurikulum yang to the point sehingga mudah ditangkap oleh guru yang kurang berpengalaman.
4)      Model ini juga mendorong timbulnya perencanaan bersama karena sebuah timlintas mata pelajaran bekerja bersama agar tema itu dapat digunakan oleh semua mata pelajaran .
5)      Siswa akan dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dapat saling berhubungan.
Lebih lanjut Tim Pengembang PGSD (1996:7) mengemukakan kelebihan yang terdapat dalam pelaksanaan model pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
1)      Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
2)      Kegiatan yang dipilih sesuai dan bertolak dari minat dan kebutuhan anak.
3)      Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
4)      Pembelajaran tematik menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak.
5)      Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan anak.
6)      Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain.
2. Kekurangan Model Integrated
1)      Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi.
2)      Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.
3)      Pengintegrasian kurikulum dengan konsep-konsep dari masing-masing bidang studi menuntut adanya sumber belajar yang beraneka ragam.
4)      Dalam penerapannya, sulit menerapkan tipe ini secara penuh.


 Nama Dosen: Dirgantara Wicaksono
Mata Kuliah: Pengembangan Pembelajaran PKn di SD

2 komentar:

  1. Jangan lupa kunjungi juga www.arformi.site, disana saya membahas hal-hal menarik tentang kesehatan, obat tradisional, obat herbal, dan hal lainnya.

    BalasHapus