UPAYA PENERAPAN PEMBELAJARAN EFEKTIF DAN
EFISIEN
BAGI SISWA SEKOLAH DASAR
Nia Kurniawati
Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan, Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD ), Universitas Muhammadiyah Jakarta
e-mail:kurniawatinia95@gmail.com
ABSTRAK
Metode Pembelajaraan dibeberapa negara
sudah mendapatkan prioritas sejak pendidikan dasar dimulai. Namun di Indonesia,
pembelajaran masih terpusat pada guru sampai saat ini. Sedangkan dalam metode
tersebut masih ditemukan beberapa kelemahan. Artikel ini membahas tentang
pentingnya metode pembelajaran yang efektif. Dimulai dengan melihat Kelemahan pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa
dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil
menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang
bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan.
Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan
dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri.
Karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang
dipelajari.
UPAYA PENERAPAN PEMBELAJARAN EFEKTIF DAN
EFISIEN
BAGI SISWA SEKOLAH DASAR
Nia Kurniawati
Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan, Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD ), Universitas Muhammadiyah Jakarta
e-mail:kurniawatinia95@gmail.com
ABSTRAK
Kata Kunci : metode pembelajaraan, perancangan, dan pelaksanaan program.
Abstract: Learning methods in some countries already have a priority since the beginning of primary education. But in Indonesia, the learning is centered on teachers to date. While the methods are still found some weaknesses. This article discusses the importance of effective learning methods. Starting with a look at the weakness at the time of the learning process in the classroom, active interaction between students and teachers or students with students rarely occurs. Less skilled students to answer questions or inquire about the concepts being taught. Students are less able to work in a group discussion and problem solving are given. They tend to learn on their own. Knowledge gained is not built itself gradually by students on the basis of their own understanding . Because students rarely find the answers or concepts being studied.
Keywords : learning methods , design , and implementation of the program
PENDAHULUAN
Seorang individu mendapat pembelajaran sejak dia kecil mulai dari keluarga dan lingkungan sekitar. Proses pembelajaran, sebenarnya sudah diterapkan pada seorang individu disaat dia mulai belajar berdiri maupun berbicara. Seorang individu akan menginjak usia dini dan pada saat tersebut dia mulai mendapat pembelajaran dari keluarga, lingkungan maupun dari sekolah.Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan dasar adalah salah satu sumber daya yang penting. Sambil mengevaluasi tujuan kita, sangatlah penting untuk menyusun metode pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga tidak membuat siswa menjadi pragmatis dalam menggapai cita – citanya.
Menyadari
bahwa pendidikan sekolah dasar sangatlah penting bagi sEorang pelajar, maka
penyusunan rencana perangkat pembelajaraan harus benar– benar terintegrasi dan
berkesinambungan. dimana proses tersebut juga bisa melibatkan keluarga,
lingkungan dan lembaga pendidikan agama.METODEMetode yang
digunakan penulis dalam penulisan artikel ini adalah metode studi pustaka.HASIL DAN
PEMBAHASANBelajar atau pembelajaran merupakan
sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita.
Karena pembelajaraan merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang
cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang
tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat
pembelajaraan peran yang begitu vital, maka penerapan metode yang efektif dan
efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan
berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. Di bawah ini adalah beberapa
metode pembelajaran efektif, yang bisa
kita persiapkan.
A. Metode Debat
Metode
debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi
paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap
kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang
mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan
perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang
menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.Selanjutnya
guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi
kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam
prosedur debat.Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan
pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang
memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi
dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas.
Ketrampilan
sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam
keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan
kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses
kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran
pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material
manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses
belajar.
B. Metode Role Playing
Metode
Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda
mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu
bergantung kepada apa yang diperankan.
Kelebihan
metode Role Playing yaitu Seluruh siswa dapat berpartisipasidan mempunyai kesempatan untuk memajukan
kemampuannya dalam bekerjasama. Dengan beberapa cara diantaranya :
- Siswa bebas mengambil keputusan dan
berekspresi secara utuh.
- Permainan merupakan penemuan yang
mudah dan dapat digunakan dalamsituasi dan waktu yang berbeda.
- Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap
siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
- Permainan merupakan pengalaman belajar
yang menyenangkan bagi anak.
C. Metode Pemecahan Masalah (Problem
Solving)
Metode
pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu
masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan
sendiri atau secara bersama-sama.Orientasi
pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
- Melatih siswa untuk mendesain suatu
penemuan.
- Berpikir dan bertindak kreatif.
- Memecahkan masalah yang dihadapi
secara realistis
- Mengidentifikasi dan melakukan
penyelidikan.
- Menafsirkan dan mengevaluasi hasil
pengamatan.
- Merangsang perkembangan kemajuan
berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
- Dapat membuat pendidikan sekolah lebih
relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving
sebagai berikut:
- Beberapa pokok bahasan sangat sulit
untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium
menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan
kejadian atau konsep tersebut.
- Memerlukan alokasi waktu yang lebih
panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
D. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem
Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi
siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi
penyelidikan dan dialog.Langkah-langkah:
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih.
- Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
- Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan
masalah.
- Guru membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi
tugas dengan temannya.
- Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan.
Kelebihan dari metode ini diantaranya :
- Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar
sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
- Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan
siswa lain.
- Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan dari metode ini adalah :
- Untuk siswa yang malas tujuan dari
metode tersebut tidak dapat tercapai.
- Membutuhkan banyak waktu dan dana.
- Tidak semua mata pelajaran dapat
diterapkan dengan metode ini
E. Cooperative Script
Skrip
kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara
lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.Langkah-langkah:
- Guru membagi siswa untuk berpasangan.
- Guru membagikan wacana / materi tiap
siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
- Guru dan siswa menetapkan siapa yang
pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
- Pembicara membacakan ringkasannya
selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang
kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
- Bertukar peran, semula sebagai
pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di
atas.
- Kesimpulan guru.
- Penutup.
Kelebihan:
1. Melatih pendengaran, ketelitian /
kecermatan.
2. Setiap siswa mendapat peran.
3. Melatih mengungkapkan kesalahan orang
lain dengan lisan.
Kekurangan:
1. Hanya digunakan untuk mata pelajaran
tertentu
2. Hanya dilakukan dua orang (tidak
melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang
tersebut).
F. Picture and Picture
Picture
and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/
diurutkan menjadi urutan logis.Langkah-langkah:
- Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai.
- Menyajikan materi sebagai pengantar.
- Guru menunjukkan/ memperlihatkan
gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
- Guru menunjuk/ memanggil siswa secara
bergantian memasang/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
- Guru menanyakan alasan/ dasar
pemikiran urutan gambar tersebut.
- Dari alasan/ urutan gambar tersebut
guru memulai menanamkan konsep/ materi sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai.
- Kesimpulan/ rangkuman.
Kelebihan :
1. Guru lebih mengetahui kemampuan
masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu.
2. Banyak siswa yang pasif.
G. Numbered Heads Together
Numbered
Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor
kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari
siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan
masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang
benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa
dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain,
kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
1. Setiap siswa menjadi siap semua.
2. Dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh.
3. Siswa yang pandai dapat mengajari
siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
1. Kemungkinan nomor yang dipanggil,
dipanggil lagi oleh guru.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil
oleh guru
H. Metode Investigasi Kelompok (Group
Investigation)
Metode
investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan
paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini
melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara
untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan
proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode
investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian
kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat
terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari,
mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih,
kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara
keseluruhan.
Adapun
deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Seleksi topic.
Parasiswa
memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan
menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups)
yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam
jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
2. Merencanakan kerjasama
Parasiswa
beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari
langkah 1 di atas.
3. Implementasi
Para siswa
melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2. Pembelajaran harus
melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan
mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di
dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4. Analisis dan sintesisParasiswa
menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3)
dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di
depan kelas.
5. Penyajian hasil akhirSemua
kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang
telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai
suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok
dikoordinir oleh guru.6. EvaluasiGuru
beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa
secara individu atau kelompok, atau keduanya.
I.
Metode Jigsaw
Pada
dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok
belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota
bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan
guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang
bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang
terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas
kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b)
merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota
kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok
masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi
penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya
juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk
menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru.
Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara
keseluruhan.
J.
Metode Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran
kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif
yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsur permainan dan reinforcement.Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar.Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada
awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya
dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin
guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan
memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih
baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan
menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok
biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat
dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok
adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada
saat game.
3. Game
Game
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan
yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu
bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa
yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya
dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.'
4. Turnamen
Biasanya
turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru
melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.
Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa
tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada
meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru
kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat
sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang
ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau
lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila
rata-ratanya 30-40
K. Model Student Teams – Achievement
Divisions (STAD)
Siswa
dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota
lain sampai mengerti.Langkah-langkah:
- Membentuk kelompok yang anggotanya 4
orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
- Guru menyajikan pelajaran.
- Guru memberi tugas kepada kelompok
untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada
anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
- Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
- Memberi evaluasi.
- Penutup.
Kelebihan:
- Seluruh siswa menjadi lebih siap.
- Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
- Anggota kelompok semua mengalami
kesulitan.
- Membedakan siswa.
L. Model Examples Non Examples
Examples
Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh.
Contoh-contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
- Guru mempersiapkan gambar-gambar
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
- Guru menempelkan gambar di papan atau
ditayangkan lewat OHP.
- Guru memberi petunjuk dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan/ menganalisa gambar.
- Melalui diskusi kelompok 2-3 orang
siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
- Tiap kelompok diberi kesempatan
membacakan hasil diskusinya.
- Mulai dari komentar/ hasil diskusi
siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
- Kesimpulan.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa
gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi
berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan
dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
M. Model Lesson Study
Lesson
Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa
Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh
Makoto Yoshida.Lesson
Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di
Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi
lebih efektif.
Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu
kelompok.
Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap
pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok
tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang
matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana
pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap
praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut
mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang
telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk
guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka
terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap
refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk
pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya
diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke
(2).
Adapun kelebihan metode lesson study
sebagai berikut:
- Dapat diterapkan di setiap bidang
mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan
kelas.
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.
HAMBATAN – HAMBATAN
Kurangnnya pengetahuan tentang
banyaknya metode pembelajaran terhadap siswa sekolah dasar menjadi tantangan
tersendiri bagi upaya pengembangannya. Hal ini menyebabkan baik pendidik maupun
peserta didik belum terbiasa dengan metode pembelajaran yang efektif dan
efisien. Dibutuhkan komitmen yang begitu kuat untuk bisa merancang dan
melaksanakan metode ini dengan efektif. Selain itu sumber – sumber media
pendukung pembelajaran juga harus lebih ditingkatkan , agar metode yang kita kembangkan
bisa terus berlangsung.
KESIMPULAN
Metode pembelajaran yang efektif dan
efisien penting bagi perkembangan pendidikan seorang individu dan sebaiknya
dilakukan sejak menginjak pendidikan sekolah dasar.Ada banyak metode pembelajaran yang efektif
dan efisien seperti metode debat, metode role
playing, metode pemecahan masalah (problem solving), pembelajaran berdasarkan
masalah, cooperative script, picture and picture, numbered heads together,
metode investigasi kelompok (group investigation), metode jigsaw, metode team
games tournament (TGT), model student teams – achievement divisions (STAD),
model examples non examples, model lesson study. Penting bagi Pendidikan Sekolah Dasar
juga untuk memperhatikan lulusannya, jika lulusan dari Sekolah Dasar kita
memiliki kompetensi dan prestasi yang bagus di sekolah tingkat selanjutnya,
maka akan menambah nilai plus terhadap sekolah dasar tersebut dan meningkatnya
kepercayaan masayarakat untuk menyekolahkan disekolah dasar kita.
SARAN
Metode pembelajaran yang efektif dan
efisien sebenarnya bisa terus dikembangkan, jika tingkat kesadaran pemerintah
dan tenaga pendidik lebih ditangkatkan dengan terus menerus dan
berkesinambungan. Dengan metode pembelajaran yang efektif dan efisien ini
diharapkan generasi bangsa ini memiliki kompetensi dan prestasi yang bagus
sehingga bisa membanggakan pendidikan di Negeri ini.Untuk itu mari kita saling mendukung
dan terus berusaha unutuk meningkatkan metode pembelajaran yang efektif dan
efisien guna mendukung pendidikan di Negeri ini , karena kemajuan suatu Negara
dilihat dari seberapa jauh tingkat pendidikan di Negera tersebut.
DAFTAR PUSTAKA.
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Aunurrahman,
dkk. 2009. Penelitian
Pendidikan SD. Jakarta: Dikti, Depdiknas Sanjaya, Wina.
2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: KENCANA MEDIA GROUP
Sumiati.Metode Pembelajaran.2009.CV.Wacana
Prima.Bandung
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/pengertian-metode-cooperative-script
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
- Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
- Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
- Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
- Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
- Menyajikan materi sebagai pengantar.
- Guru menunjukkan/ memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
- Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian memasang/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
- Guru menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
- Dari alasan/ urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/ materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
- Kesimpulan/ rangkuman.
- Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
- Guru menyajikan pelajaran.
- Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
- Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
- Memberi evaluasi.
- Penutup.
- Seluruh siswa menjadi lebih siap.
- Melatih kerjasama dengan baik.
- Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
- Membedakan siswa.
- Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
- Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
- Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan/ menganalisa gambar.
- Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
- Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
- Mulai dari komentar/ hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
- Kesimpulan.
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar