Pendidikan
Disiplin Ilmu
(Pendidikan
Matematika, Pendidikan Sains, Pendidikan Fisika, Pendidikan Kimia, dan
Pendidikan Biologi)
Disusun
oleh:
Nia Kurniawati
NIM:
2013820046
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dunia
ini diciptakan bagi seluruh makhluk. Namun, baik buruknya dunia ini tergantung
atas manusia yang ditunjuk sebagai khalifah di muka bumi ini. Kadang kala
manusia tidak mampu bersyukur atas dirinya yang telah ditetapkan sebagai
khalifah. Untuk mampu mengelola dunia dengan baik, maka manusia perlu belajar
agar memperoleh ilmu pengetahuan untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah.
Ilmu pengetahuan saja tidak cukup bagi manusia untuk mengelola bumi ini, maka
dari itu manusia juga perlu memiliki pendidikan. Pendidikan mempunyai tugas
menyiapkan sumber daya manusia unuk pembangunan. Derap langkah pembangunan
selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Ini berarti, melalui
pendidikan seharusnya terjadi proses belajar untuk memperoleh pengetahuan yang
diperlukan dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan, untuk pengembangan diri
sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan untuk hidup bermasyarakat.
Pendidikan
adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan tidak hanya untuk memanusiakan
manusia tetapi juga agar manusia menyadari posisiya sebagai khalifatun fil ardhi, yang pada
gilirannya akan semakin meningkatkan dirinya untuk menjadi manusia yang
bertaqwa, beriman, berilmu dan beramal sholeh.
Pendidikan
memiliki peranan penting bagi warga negara. Pendidikan bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Oleh karena itu, setiap warga negara berhak
untuk mendapatkan pendidikan.
Berdasarkan
uraian di atas, penulis akan menyusun makalah mengenai “Pendidikan Sebagai
Disiplin Ilmu” yang difokuskan pada pembahasan Pendidikan Matematika, Pendidikan Sains, Pendidikan Fisika, Pendidikan
Kimia, dan Pendidikan Biologi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan
Matematika
Pendidikan matematika
di Indonesia berkembang sejalan dengan perkembangan pendidikan matematika
dunia. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas,
selain dipengaruhi oleh adanya tuntutan sesuai perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan juga seringkali diawali adanya perubahan pandangan tentang hakekat
matematika serta pembelajarannya. Perubahan pandangan tentang hakekat
matematika dapat mendorong terjadinya perubahan substansi kurikulum.
Sementara itu,
perubahan pandangan tentang pembelajaran matematika sangat dipengaruhi oleh
terjadinya perkembangan mengenai teori belajar baik yang bersifat umum maupun
yang khusus berkaitan dengan belajar matematika.
Walaupun perubahan
pembelajaran matematika saat ini terjadi secara pelan-pelan, akan tetapi
upaya-upaya untuk memperbaiki kualitasnya sesuai perkembangan yang terjadi di
dunia mulai dilakukan sekalipun masih bersifat terbatas. Beberapa pendekatan
baru yang menjadi acuan upaya perbaikan pembelajaran baik bagi para peneliti
maupun guru-guru matematika di lapangan antara lain adalah pendekatan Realistic
Mathematics Education, Pendekatan Open-Ended, dan Pendekatan Kontekstual.
B.
Pendidikan
Sains
Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam atau Sains merupakan pendidikan bidang studi dengan alam semesta
serta segala proses yang terjadi di dalamnya sebagai objeknya. Oleh karena perkembangan
ilmu pengetahuan alam erat kaitannya dengan perkembangan teknologi, maka
pendidikan ilmu pengetahuan alam berkaitan pula dengan perkembangan teknologi
serta manfaatnya bagi masyarakat.
Melalui pendidikan ilmu
pengetahuan alam diharapkan peserta didik memahami proses dan produk sains,
nilai sains, memiliki sikap ilmiah, dan dapat menjadi warga negara yang
bermoral serta tanggap terhadap masalah lingkungannya. Dalam pendidikan sains,
bidang studi ini dapat dibahas secara terpadu dan dapat pula dibahas dalam
disiplin ilmu secara terpisah.
Pada pendidikan tingkat
sekolah menengah atas (SMA) sains dipelajari secara terpisah melalui disiplin
ilmu dasar yakni fisika, kimia, dan biologi. Sedangkan pada pendidikan tingkat
dasar SD dan SMP sains dipelajari secara terpadu.
C.
Pendidikan
Fisika
Peningkatan relevansi
dan hasil pendidikan, terus diupayakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat. Disinyalir terdapat berbagai penyebab rendahnya pendidikan di
antaranya terkait kualitas guru sebagai ujung tombak di lapangan.
Kecenderungan proses
belajar mengajar di kelas berlangsung secara klasikal dan hanya bergantung pada
buku teks dengan metode pengajaran yang menitikberatkan proses menghafal
daripada pemahaman konsep harus segera diubah dan harus menjadi komitmen guru.
Standar guru yang tertuang dalam UURI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
cukup membawa angin segar terciptanya guru yang memiliki empat kompetensi yang
utuh sebagai tenaga professional dan bertanggungjawab akan masa depan peserta
didik.
Melalui pembelajaran
yang efektif diharapkan terjadi kebermaknaan yang dirasakan oleh siswa.
Pendekatan inkuiri dalam pembelajaran fisika diharapkan mampu menanamkan dan
membudayakan kebiasaan berfikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif,
dan mandiri, berdampak pada peran guru yang bergeser dari penyampaian
pengetahuan menjadi agen pendidikan dalam pembelajaran yang lebih memfokuskan
pada aktivitas siswa.
Assessmen yang
terencana diharapkan dapat berfungsi sebagai perangkat penilaian untuk mengukur
ketercapaian hasil belajar siswa yang dapat digunakan sebagai bahan umpan balik
terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Penguasaan materi ajar (content
knowledge) harus menjadi syarat mutlak bagi seorang guru disamping keterampilan
dalam mengajar yang terkait dengan penguasaan guru terhadap pedagogic.
Guru juga dituntut
memiliki kemampuan mengembangkan bahan ajar yang juga merupakan eksistensinya
sebagai tenaga professional yang mengacu pada empat kompetensi guru yaitu
pedagogic, kepribadian, social, dan professional. Melalui pengembangan
kolaborasi dalam tiga jenis kegiatan yaitu: kolaborasi melalui kegiatan
piloting, lesson study, dan kemitraan diharapkan dapat menjembatani berbagai
kesenjangan.
D.
Pendidikan
Kimia
Tulisan ini
mengemukakan pokok-pokok pikiran tentang berbagai aspek pendidikan kimia, baik
aspek teoritik, praktis, maupun aspek penelitian, dengan maksud memberikan
kerangka acuan bagi siapa saja yang berkepentingan untuk menganalisis,
mengembangkan, dan meneliti desain dan implementasi pendidikan kimia di sekolah
menengah. Paparan dalam tulisan ini dimulai dengan kajian hakekat kimia dan
misi universal mata pelajaran kimia, yang selanjutnya digunakan untuk
menganalisis cetak biru mata pelajaran kimia SMA/MA di Indonesia, isu dan
permasalahan implementasinya di sekolah. Dengan menggunakan acuan sebuah model
pembelajaran efektif dalam kimia, kemudian tulisan ini mencoba menawarkan
pergeseran-pergeseran paradigma pembelajaran yang perlu dilakukan di masa depan.
Dengan menggunakan alur
kajian sebagaimana dikemukakan di atas, dapat dikemukakan bahwa cukup kuat
argument untuk menyatakan adanya kesejajaran pendidikan kimia di Indonesia
dengan di negara-negara lain dari sudut tujuan dan desain. Namun, dari beraneka
ragam persoalan yang terjadi di lapangan, masih diperlukan upaya perubahan
dalam praktis pendidikan di sekolah agar pembelajaran kimia secara efektif
mampu mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
E.
Pendidikan
Biologi
Perkembangan biologi
yang pesat pada abad XXI dan akan menggantikan abad fisika menantang biologiwan
dan pendidik biologi untuk menyiapkan generasi mendatang secara lebih
terencana. Oleh sebab itu diperlukan suatu strategi untuk meningkatkan
kemampuan dalam memperoleh, mengolah dan memaknai informasi dari berbagai
sumber dengan menggunakan keterampilan berpikir yang komprehensif. Bekal
tersebut diperlukan untuk memecahkan berbagai permasalahan yang kompleks dalam
era informasi dan globalisasi.
Pergururan tinggi
sebagai lembaga pengembangan sumber daya manusia memerlukan strategi yang
inovatif dan kompetitif dalam menghadapi tuntutan kebutuhan lapangan yang
dinamis dengan mempertimbangkan peta kekuatan dan potensi local untuk
diadaptasikan dengan standar nasional, regional, dan international.
Profesi guru sebagai
motivator dan fasilitator belajar tidak tergantikan oleh media elektronik
apapun. Dengan demikian penyiapan tenaga pendidik biologi perlu ditangani lebih
serius dan professional. Strategi pengembangan pendidikan biologi di perguruan
tinggi harus mencakup pengembangan program yang berkaitan dengan metode dan
pendekatan pembelajaran sains, pengukuran, literasi sains, dan materi subyek
berbasis ilmu dan nilai, selain mengembangkan proses berpikir. Program yang
dirancang seyogyanya dipantau pelaksanaannya sebagai umpan balik untuk
modifikasi dan inovasi yang lebih berkesinambungan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan
matematika di Indonesia berkembang sejalan dengan perkembangan pendidikan
matematika dunia. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di
kelas, selain dipengaruhi oleh adanya tuntutan sesuai perkembangan teknologi
dan ilmu pengetahuan juga seringkali diawali adanya perubahan pandangan tentang
hakekat matematika serta pembelajarannya. Perubahan pandangan tentang hakekat
matematika dapat mendorong terjadinya perubahan substansi kurikulum.
Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains merupakan pendidikan bidang studi dengan alam
semesta serta segala proses yang terjadi di dalamnya sebagai objeknya.
Pada
pendidikan tingkat sekolah menengah atas (SMA) sains dipelajari secara terpisah
melalui disiplin ilmu dasar yakni fisika, kimia, dan biologi. Sedangkan pada
pendidikan tingkat dasar SD dan SMP sains dipelajari secara terpadu.
Nama Dosen : Dirgantara Wicaksono
Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran PKn di SD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar